tentang saya

April 09, 2012

if only

lagi iseng-iseng blogwalking saat sebuah klik mengarahkan saya ke satu tulisan di blognya lyla. sebuah tulisan pendek, tapi menyimpan makna yang begitu dalam buat saya.

dalam tulisan itu lyla pernah ditanya sama temannya, jika bisa kembali ke masa lalu, bagian mana dari hidupnya yang mau diperbaiki? gak ada, jawab lyla. karena menurutnya, What I have in life, either good or bad, made me who i am now. jawaban yang sangat bijak sekali. bahkan saya sama sekali tidak terpikirkan jawaban itu.

baiklah, sekarang bagaimana jika saya ditanyakan hal yang sama. bagaimana jika saya bisa diberi kesempatan untuk kembali ke masa lalu? apa yang ingin saya ubah dalam hidup saya di masa lalu? maka jawaban saya adalah, banyak. SANGAT BANYAK.

heyy, fajrin. apa itu berarti kamu menyesal dengan kehidupanmu yang sekarang? awas lo, bisa jadi kufur nikmat kamu nantik.

aduh, saya juga gak tau apakah ini suatu bentuk penyesalan atau bukan. batasnya benar-benar bias. lagipula sepertinya cukup manusiawi ketika sesekali saya berpikir kalo semua ini (saya harap) bisa jauh lebih baik. come on guys, admit it. you once thought about "if only" things too.

kalo menengok ke belakang, rasanya banyak sekali hal yang ingin saya perbaiki. salah satunya ada di blog ini.
tapi sayangnya, manusia tidak pernah diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya. mungkin hal ini juga yang menginspirasi bon jovi dalam salah satu lirik lagunya, i can promise you tomorrow, but i can't buy back yesterday. jadi masalahnya bukan ada atau tidaknya hal yang ingin kita ubah, tapi karena memang kita tidak bisa melakukannya.

okelah, untuk sejenak mari kita berandai-andai. andaikan kita benar-benar bisa memiliki kesempatan kembali ke masa lalu. andaikan kita diberi kesempatan untuk mengubah hal-hal kecil dalam hidup kita yang kita anggap tidak seharusnya terjadi. apakah hidup kita bisa menjadi lebih baik setelahnya?

ada ilustrasi yang cukup menarik untuk menjawab pertanyaan itu.

suatu malam saya sedang menonton sebuah film di global tv. film tentang seorang ilmuwan muda jenius yang hidup di abad pertengahan. sayang karena nontonnya pas di tengah-tengah, jadi deh ga tau judulnya apa. dalam film itu diceritakan si ilmuwan janjian kencan dengan kekasihnya. mereka akan makan malam di sebuah restoran. nah, tepat di depan restoran itu, tiba-tiba sang kekasih ditabrak mobil yang dikendarai orang mabuk. kekasihnya pun meninggal. dalam kesedihannya yang amat sangat mendalam itu, dan didasari atas cinta yang besar kepada kekasihnya, sang ilmuwan bekerja keras untuk membuat sebuah mesin waktu. akhirnya sang ilmuwan berhasil membuat mesin waktu. dengan mesin waktu itu, dia kembali ke malam dimana kekasihnya meninggal. dia atur waktu kembalinya itu tepat sebelum mereka berdua berangkat menuju restoran. "sang ilmuwan dari masa depan" itu kemudian mengubah rencana kencan mereka, tidak jadi makan malam di restoran tapi hanya berjalan-jalan dan duduk menikmati udara malam di taman saja. apa yang terjadi kemudian? ternyata di taman itu mereka dirampok. dan sudah bisa diduga, kekasih sang ilmuwan terbunuh. hanya si ilmuwan saja yang selamat.

si ilmuwan masih belum bisa menerima kematian kekasihnya. lagi-lagi dengan mesin waktunya, dia kembali ke detik saat mereka baru saja keluar rumah sang kekasih. kali ini sang ilmuwan mengganti kencan mereka dengan menonton opera. dan ternyata ujung-ujungnya pun sama, sang kekasih tetap saja tewas.

so, dapat seuntai benang merah dari film yang saya ceritakan di atas?

iyap, betul. andaipun kita bisa kembali ke masa lalu dan mengubah hal yang menurut kita salah, yang akan kita lakukan sebenarnya hanyalah mengubah prosesnya. hasil akhirnya akan tetap sama.

well, jujur saja saya masih sering berpikir seperti sang ilmuwan dalam film itu. ingin rasanya kembali ke masa lalu dan mencegah hal buruk yang terjadi.

ingin sekali kembali ke tanggal 17 februari 2011, dan bilang ke bapak biar saya saja yang ke kantor desa untuk mengambil surat keterangan yang diperlukan beliau.

tapi saya sadar, seandainya pun saya bisa kembali ke masa lalu dan mengubah itu semua, maka saya hanya akan melakukan hal yang sama dengan sang ilmuwan. saya hanya akan mengubah prosesnya, tidak hasil akhirnya.

kalopun saya bisa menggantikan bapak pergi ke kantor desa di tanggal 17 februari 2011, mungkin saja saya bisa mencegah kecelakaan itu terjadi. namun beliau akan tetap dipanggil di hari itu, dengan cara yang berbeda.

yaah, inilah yang sering pak ustad istilahkan dengan takdir. sesuatu yang sudah digariskan oleh Allah. sesuatu yang tidak bisa kita lawan. kalo kata mbah sudjiwotedjo, kita bisa saja melawan nasib, tapi tidak takdir.

saya belajar satu hal dari apa yang saya alami. tidak ada gunanya lagi di saat sekarang ini mengatakan "seandainya begini. .seandainya begitu" untuk hal-hal yang terjadi di masa lalu. selain memang ada hadits yang melarangnya (cmiiw), keep saying "if only" won't make everything even better. jadi berhentilah berharap untuk bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki hal-hal yang dirasa tidak seharusnya terjadi. toh sampai saat ini belum ada ilmuwan yang benar-benar bisa menciptakan mesin waktu kan. :))

No comments:

Post a Comment