tentang saya

March 15, 2012

senja terakhir

kedua insan itu, sang laki-laki dan sang perempuan, sudah menghabiskan waktu lama di pantai ini.
mereka berjalan, menyusuri setiap jengkal bibir pantai tanpa alas kaki.
hingga akhirnya mereka pun lelah, duduk berdampingan melihat jauh ke tengah laut, dengan pundak mereka saling menopang.

"heyy, coba lihat itu," kata sang perempuan sambil menunjuk barisan jejak kaki mereka yang membekas di atas hamparan pasir putih.
"aku tidak tau ternyata sudah sejauh ini kita melangkah." lanjutnya.

jejak kaki mereka tampak mengular. tempat dimana rangkaian jejak kaki itu ditapakkan pertama kali, terlihat begitu jauh disana.

"tapi aku tau sayang. aku tau setiap langkah yang telah kita buat. aku tau bagaimana setiap langkah itu menyimpan sejuta kenangan. dan aku tau kita tidak bisa lagi menjejak hamparan pasir putih ini esok hari." kata sang laki-laki. lirih. tak terdengar. bahkan dia sendiri tidak tau siapa sebenarnya yang bicara, lisannya kah atau hatinya.

kedua insan itu, sang laki-laki dan sang perempuan, duduk menghabiskan sore dengan menatap horison yang perlahan mulai memerah. tangan mereka saling menggenggam.

"tanganmu dingin." ucap sang perempuan.
sang laki-laki menoleh sesaat, menatap wajah sang perempuan, tersenyum, dan kemudian kembali memalingkan wajahnya ke arah laut.

lalu mereka berdua pun terdiam.
yang terdengar hanyalah deburan ombak dan hela nafas mereka sendiri yang mengalun seirama.

"jadi, seberat itukah rasanya berpisah denganku?" tanya sang perempuan.

"kau akan mengerti bagaimana rasanya, jika kau adalah diriku." jawab sang laki-laki. lebih tegas, namun masih terdengar lirih.

"coba katakan, seberapa besar cintamu kepadaku," lagi-lagi rangkaian kata mengalir dari bibir sang perempuan.

untuk sesaat kepala sang laki-laki tiba-tiba tertunduk. satu helaan nafas yang panjang dan berat dia ambil. seolah-olah apa yang akan keluar dari mulutnya adalah sesuatu yang benar-benar berarti. setelah merasa paru-parunya telah cukup terisi oksigen, dia angkat lagi kepalanya.

kemudian sang laki-laki menatap mata sang perempuan, melihat jauh ke dalamnya. namun segera ia palingkan lagi wajahnya karena tersadar, lebih baik tenggelam dalam lautan di depannya daripada harus hanyut dalam kerlingan mata sang perempuan. sang laki-laki pun mulai bicara.

"kau tau, jauh sebelum ini, aku merasa memiliki cinta yang sangat besar untuk dirimu. namun di detik ini aku baru tersadarkan, ternyata cintaku tidak sebesar itu padamu."

sang perempuan tampak heran dengan jawaban yang diberikan sang laki-laki. memorinya terlempar pada saat-saat dimana mereka sering menghabiskan waktu berdua. ia sering melihat dan merasakan ketulusan dari apa yang sering dilakukan sang laki-laki untuknya. apakah benar sang laki-laki memang tidak sebesar itu mencintaiku?

sekejap ia langsung menatap wajah sang laki-laki yang masih mengarah ke lautan.
"kenapa bisa begitu? kenapa cintamu tidak sebesar itu untukku?" tanya sang perempuan.

sang laki-laki lagi-lagi menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan sang perempuan itu.
"dengar. jika aku mencintaimu sebesar itu, maka aku tidak akan terlambat untuk datang dan menjadi bagian hidupmu. nyatanya disinilah aku, yang tidak akan bisa menjadi bagian dari hidupmu. jadi tidak, aku tidak sebesar itu mencintaimu,"
"jika aku mencintaimu sebesar itu, maka aku akan menjadi pemecahan dari setiap masalah yang kau hadapi, bukan hanya sekedar menjadi tempat keluh kesahmu. jadi, lagi-lagi tidak, aku tidak mencintaimu sebesar itu."

buih-buih ombak di bibir pantai perlahan berpindah ke sudut mata sang laki-laki begitu dia menyelesaikan jawabannya.

kali ini giliran sang perempuan menghela nafas panjang.
"baiklah. jika memang kau tidak mencintaiku sebesar itu, bukankah sudah seharusnya kau mengikhlaskanku menjejak hamparan pasir ini esok hari dengan seseorang yang bisa mencintaiku lebih besar daripada cintamu? merelakan aku menghabiskan sisa hidupku bersama dia yang layak mendampingiku? dia yang bisa berjalan di sisiku di saat-saat tersulitku? bukankah begitu?"

kata-kata yang keluar dari lisan sang perempuan terasa seperti ratusan anak panah yang menghujam jantung sang laki-laki.

"ya, aku rasa begitu." jawab sang laki-laki singkat. masih dengan buih ombak di sudut matanya. dan kali ini satu buih itu jatuh meluncur menyusuri sisi pipi kanannya. sisi yang tak terlihat sang perempuan.

tangan sang laki-laki menggenggam pasir. ia ambil pasir itu sebanyak yang tangannya mampu kumpulkan. ia genggam kuat-kuat. namun rasa kecewa di dalam hatinya masih jauh lebih kuat dibandingkan genggamannya.

lalu ia lepaskan genggamannya. seketika itu juga, semua butiran pasir jatuh dari tangannya, menerobos sela-sela jarinya. begitu cepat. hanya tersisa satu-dua butir di telapak tangannya.

tak terasa air laut perlahan mulai pasang. rangkaian jejak kaki mereka sedikit demi sedikit mulai terhapus. hingga akhirnya tak lagi meninggalkan bekas. tak ada bukti yang bisa berbicara bahwa mereka berdua pernah menjejak di pantai itu.

kedua insan itu, sang laki-laki dan sang perempuan, menghabiskan sisa waktu yang ada di senja itu hanya dengan diam, saling menggenggam tangan, melihat sang raja siang perlahan menuju peraduannya.
senja yang terasa begitu syahdu di dalam hati sang laki-laki.
karena itu adalah senja terakhirnya bersama sang perempuan.

No comments:

Post a Comment