tentang saya

August 22, 2013

i might be wrong

setiap kali ada topik yang mengundang kontroversi di jagat twitter, rasanya tangan ini ngebet banget ngetik sebaris-dua baris komentar. tapi setiap kali itu pula draft tweet yang sudah dibuat, yang hanya berjarak satu klik untuk nyasar masuk ke timeline kamu, selalu saja berakhir di ikon X.

sejauh ini, komentar yang terpikir di otak saya sebagai respon atas isu-isu hangat twitter memang komentar yang cenderung menghakimi. well, sebenarnya itulah yang membuat kenapa pada akhirnya tweet komentar saya tidak jadi dipublish.

sering sekali topik-topik yang menyebar di twitter masih berasal dari satu sumber, padahal topik itu sebenarnya melibatkan dua pihak, atau bahkan lebih. nah, di sinilah yang selalu membuat saya ragu untuk memberikan komentar. gimana kalo saya udah komen (yang menghakimi, tentunya) dan ternyata saya yang salah? toh ini masih versi orang pertama, belum ada tanggapan dari lawannya?

wes banter, salah maneh.
(udah ngotot, salah lagi.)

itu yang selalu saya hindari. saya paling malas menjadi orang yang paling berkobar di awal, namun hanya berakhir menjadi lidah api kecil yang pada satu titik padam dengan sendirinya.

pola pikir cover both side seperti itu berhasil menyelamatkan saya dari jurang kemaluan (err, sounds wrong :|) tiga kali, sampai detik ini.

masih ingat kasus sebuah Rumah Sakit yang disorot lantaran konon katanya ada seorang pasien yang meninggal gara-gara ruang ICU Rumah Sakit tersebut digunakan sebagai lokasi syuting?
coba ingat-ingat lagi, berapa banyak tweet yang menghakimi Rumah Sakit dan Production House sebagai pihak yang bersalah?
saya juga termasuk yang panas dengar kabar itu. kok bisa-bisanya ada pasien meninggal gara-gara ruang ICU dipakai syuting.

come on, boy. calm down. you might be wrong.

itu kata-kata yang terus saya ulang, setiap kali keinginan untuk "ikut rame" dalam kasus tersebut muncul.

benar saja. tidak berapa lama muncul klarifikasi dari timeline anjarisme. ternyata yang terjadi sebenarnya adalah, "..sejak awal keluarga pasien tidak mengeluh terhadap pelayanan RSAB Harapan Kita. Bahkan ketika pasien meninggal dunia pun, keluarga tetap mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih atas pelayanan yang cepat tanggap dan tanpa diskriminasi."




saya tidak sempat mendokumentasikan tweet klarifikasinya, namun beliau sempat membahas kasus tersebut di blognya.

itu satu.

sekarang tentang kasusnya ustadz solmed.
informasi pertama yang kita dengar adalah, ustadz solmed membatalkan rencana dakwahnya di hongkong, karena pada detik-detik terakhir, beliau mendapat kabar bahwa dakwahnya tersebut dikomersilkan oleh EO setempat.

hmm, mendengar informasi tersebut, ditambah fakta bahwa EO adalah sebuah "badan usaha" dengan kecenderungan profit-oriented, banyak cacian di benak saya untuk EO itu. EO materialistis lah, mental oportunis lah, kata-kata itu sudah siap menghiasi timeline twitter saya. tapi sekali lagi, mantera calm-down-boy mengurungkannya.

belakangan kita tau, ada video klarifikasi langsung dari hongkong, yang mengatasnamakan penyelenggara dakwah ustadz solmed tersebut, ditambah lagi surat terbuka yang ditulis oleh seorang jamaah di sana. dalam perkembangannya, banyak tokoh ternama dan berpengaruh yang kemudian ikut berbicara terkait kasus ini. kasus inipun bermuara pada ajakan damai dari ustadz solmed.

dua.

nah sekarang yang masih rame nih, soal tes keperawanan yang ditujukan untuk semua siswi baru SMU di kota Prabumulih, yang rencananya akan dimulai pada tahun ajaran 2014 mendatang. isu ini memantik reaksi keras dari banyak orang. termasuk saya yang udah siap dengan bahan koar-koar saya.

kali ini saya tidak mengulang-ulang mantera calm-down-boy. tapi anehnya, semacam ada bisikan gaib bersuara seperti melly SHE di telinga saya..

slow down, baby.. take it easy just let it flow

dan lagi-lagi bahan koar-koar saya pun tidak sempat menjadi koar-koar beneran.

setelah ditelusuri, ternyata isu tes keperawanan ini hanyalah isu yang dibelokkan oleh oknum wartawan, dari kasus perdagangan manusia (Human Trafficking).

kok bisa dibelokkan begitu?
kronologis lengkapnya bisa dibaca di chirpstory di bawah ini.



bayangin kalo seandainya saya akhirnya jadi berkoar-koar menanggapi wacana tes keperawanan oleh dinas pendidikan kota prabumulih mulai tahun 2014 itu. eh, ternyata sama sekali tidak ada pernyataan demikian dari kepala dinasnya. duuh, malu dek, maluuu.

and that's three.

so remember, act like a journalist. always do cover both side before judging.
pada dasarnya, setiap orang sudah seharusnya memiliki pola pikir cover both sides seperti ini. but hey, people are unique. ada yang meledak-ledak dan spontan, langsung mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. ada juga yang harus mikir berkali-kali dulu. tipe apapun kamu, asalkan sudah mengerti dan bisa menerima konsekuensinya. menanggung malu, misalnya.

bagaimana dengan orang yang fanatik?
nah kalo orang fanatik ini agak susah ya. seperti tidak ada analisis "what-if" dalam pikirannya.
dalam menanggapi sebuah isu, orang fanatik cenderung berpendapat temannya selalu benar, dan musuhnya selalu salah. tidak ada peluang sedikitpun temannya itu salah.
bisakah seorang fanatik diajak berpola pikir cover both side? bisa saja sih, tapi sepertinya sulit.

jadi pertanyaannya sekarang adalah, apakah orang fanatik memang tidak bisa berpikir cover both side, ataukah pola pikir cover both side yang sulit diterima orang fanatik?

No comments:

Post a Comment