Blogpost ini diketik sambil dengerin wawancara uni fahira idris di radio unisi fm jogja yang diasuh @dianparamita. *eh begitu nyampe sini koneksi streamingnya terputus*
Well nevermind, tinggalin aja wawancaranya. Paling besok bakalan dikultwitin juga. *eh
Sebelumnya, sore tadi, ada link liputan dari akun @metrotv soal bapak dahlan iskan yang mengatakan, sekarang toilet KA tidak kumuh lagi karena para perempuan lebih sering memakai jeans. Semua yang baca artikel tersebut pasti akan sepaham dengan saya bahwa secara tidak langsung, bapak menteri BUMN tersebut berpendapat yang menjadi penyebab kumuhnya toilet KA selama ini adalah kaum perempuan.
Tidak lama kemudian, melalui akun pribadinya, pemilik jawapos group beserta jaringan radarnya ini menyatakan keberatan dengan tulisan yang telah diturunkan metrotv itu. Menurut beliau, isi beritanya tidak sesuai konteks. Entah maksudnya konteks apa, yang jelas dari tiga poin "pembelaannya", pemilik sepatu dengan brand DI19 ini membantah pernah memberikan pernyataan yang sensitif gender tersebut. Namun ketika ada yang mengusulkan memberikan hak jawab atau malah somasi, kata beliau, "sedang tidak sempat jadi terima nasib saja".
Abis itu saya ngetwit gini, "katanya beritanya nggak sesuai konteks, tapi gak sempat ngasih hak jawab jadi terima nasib aja. trus karepe piye?".
Naah, disini nih, ceritanya dimulai.
Tiba-tiba twit saya itu ada yang RT, "isi twitmu kok isinya ngritik terus sih mas?"
HEE, NGRITIK TERUS? "terus" katanya?
Wah wah, ini pasti follower baru. Orang saya lebih sering ngetwit percintaan dan romantisme, kok dikatain sering ngritik. *preet tung pak dung dung cresss* <= satu paragraf ini bohong semua ya. iya.
Yang bikin kaget pertama, saya dikritik karena (katanya) ngetwit kritikan terus. HEY, it's #KritikCeption !
Yang kedua, saya disarankan hanya memfollow akun-akun yang membagikan so-called aura positif, "biar isi otak juga positif, gak panas". Ini yang paling bikin kaget, trus akhirnya jadi kepikiran. Apa iya selama ini otak saya isinya aura negatif semua? Hiks.
Aah iya, lupa ceritain respon saya ke dia ya.
Waktu pertama kali di-RT itu, yang dikatain kok isi twitnya ngritik terus, saya cuma balas pendek aja sih, "welcome to my timeline, darla. twitku dipengaruhi oleh followingku." dan ya, emang dia ini baru follow saya beberapa hari yang lalu. habis itu. .ya itu tadi, saya disarankan unfollow akun-akun yang berpengaruh negatif dan sebagai gantinya follow akun-akun positif. trus saya jawab, "enggak ah, males dibuai dengan kata-kata manis ala sinetron. aku mau tau realita negeri kita yang ternyata bobrok ini dari para followingku, dan berusaha menyuarakan perubahan. jadi thanks, tapi aku tetap bakal follow mereka ini." *this is what you get when you follow pandji, jokoanwar, hansdavidian, zenrs, hotradero, keisavourie, and many more* *tapi emang rada lebay juga sih jawabanku* :|
Pertanyaannya, apa iya otak saya terlalu negatif (pesimis)? Atau dia yang terlalu positif?
Ah, kalo saya sih sebenarnya realistis aja. Negeri ini punya banyak potensi, tapi orang-orang yang punya kewenangan untuk mengelola potensi itu menyalahgunakan kekuasaannya sampai semua jadi kayak gini. Pahit ya? Emang iya.
Di sisi lain, mungkin saja temen saya itu menyadari hal ini juga. Namun dia lebih memilih jalur restoring the hope. Yes, there IS always hope. Always.
Iseng saya intip followingnya. huwooh. .mtlovenhoney, sangatberarti, pepatah, twitbijak, pemulihanjiwa (akun ini kenapa difollow banyak cewek ya), notebook, motivasiwanita, berderet rapi dari atas ke bawah. is this how you restoring the hope?
*restoring the hope sih restoring the hope, tapi bukan dengan follow akun-akun begitu juga kaleee*
Klo lihat saran dia ke saya, yang nyuruh follow akun positif biar ikut kena aura positif, kayaknya dia ini cenderung sudah terbuai. Maksud saya begini. Silakan saja cari penghiburan, tapi jangan menafikan fakta, bahwa kita ini sedang tidak baik-baik saja. Kamu bisa saja menelan obat malaria yang sudah diselimuti kunyahan pisang, tapi kamu nggak akan pernah bisa menyangkal kalo obat malaria itu pahitnya minta ampun.
Saya jadi takut membayangkan kalo suatu hari nanti dia terpaksa harus keluar dari dalam kepompongnya dan melihat padang gurun tandus. Takut membayangkan betapa kagetnya dia nanti. So it's better for you to stay inside your cocoon. Don't go out, it's not safe.
Semoga saja bayangan lebay saya itu tidak sampai terjadi.
P.S: ini kok dari soal dahlan iskan bisa jebus langsung bahas negara gimana ceritanya ya. duh, wis terlalu serius aku. jan kudu piknik.
-----------------------
Sent from my Nokia E63 SmartPhone.
No comments:
Post a Comment